Jumat, 25 Februari 2011

My Valentine


Hari apa yang bisa dirayakan semua umat di Indonesia selain tahun baru? Hari Valentine! Jawabannya. Apa yang menarik dengan hari Valentine?. Waktu menjelang peringatan meninggalnya Santa Valentinus itu, beberapa teman status di facebook terbaca sedang sibuk memikirkan menyiapkan kado apa untuk yang tercinta. Beberapa toko-toko kecil di Sukawati, mempercantik diri dengan hiasan kartu-kartu valentine dan deretan coklat berbagai merek dengan nuansa ruangan yang sangat pinky (berwarna merah jambu).  Dan saya yakin banyak industri yang memanfaatkan momentum Valentine untuk berjualan. Hanya satu momentum: kasih sayang yang bisa dirayakan semua umat.

Selain anak muda, greget perayaan Valentine pun menjalar sampai ke pasangan muda yang sudah menikah. Karena dimasa mudanya merekapun generasi valentine. Generasi pasangan muda yang berumur 30 tahunan. Generasi saya.

Ritual Valentinepun sempat memacetkan kota Denpasar, anak-anak muda dan pasangan keluarga muda tumpah ruah menjejali jalanan di seputar Denpasar. Ada yang sekedar jalan-jalan saja, makan-makan, nonton film, belanja ke toko swalayan, ke pantai dan lain-lainnya. ke pantai? Malam-malam? Memang pantai menjadi alternative tempat melewatkan malam Valentine yang murah meriah dengan penerangan minim. Bahaya. Kalau anda ingin jahil, coba saja survey dari pantai Matahari Terbit, Pantai Sanur, Pantai Segara, Pantai Sindhu, Pantai Karang, sampai ke Pantai Mertasari  pasti anda banyak menjumpai pasangan yang usianya belasan sampai awal dua puluhan.

Saya menanyakan sepupu saya, Vita (18 tahun) kemana dia merayakan Valentine bersama pacarnya Wayan (18 tahun) saya menjumpai jawaban yang mengejutkan, Uluwatu. Tempat itu jaraknya hampir 65 km dari rumahnya. Lain lagi dengan sepupu saya yang lain Dewin (18 tahun), dia merayakan Valentine bersama teman-teman laki-lakinya dengan berkendara mobil barunya keliling Denpasar. Adiknya Dewin, Dek Risa (15 tahun) merayakan Valentine dengan pacarnya (saya lupa namanya, usianya mungkin beda 2 tahun) di seputaran Renon. Keriuhan sepupu-sepupu saya merayakan Valentine mengingatkan kembali  ketika saya berusia belasan.

Seingat saya, saya pernah merayakan valentine. Itu ketika saya masih menjadi siswa SMP pada pertengahan tahun 1990-an. Bersama beberapa teman perempuan, kami berencana membawa kado. Kado itu kemudian ditukar acak diantara kami. Selain itu, saya dan beberapa teman saya membawa kado untuk diberikan ke “pacar” (karena sebenarnya hanya naksir saja belum jadian) kami masing-masing. Waktu itu saya memberi  kado kepada seseorang bernama Beno Krisnatama. Saya lupa isi kadonya. Saya juga tidak tahu dia sekarang dimana. Saat itu lagu pengiring hati saya adalah my valentine. Saya lupa siapa yang menyanyikan.

Waktu berganti sampai saya melabuhkan hati pada suami saya (mudah-mudahan juga dia melabuhkan hatinya pada saya) belum lagi saya merayakan Valentine. Kami begitu tidak menyadari rutinitas keseharian kami menjadi orang tua sehingga mengesampingkan hari jadian, hari pernikahan, Valentine dan lain sebagainya. Kami tidak termasuk orang yang menandai hari-hari untuk merayakan lagi keistimewaan hari-hari penanda itu. Tanya suami saya, tanggal berapa dia “menembak” saya untuk jadi pacarnya? Jawabannya pasti tidak tepat!. Kayaknya bulan Oktober ya? Begitu jawabnya.

Ketika dia pulang, Februari ini dia memberikan saya sebuah buku Garin tentang tulisan beberapa tokoh sinema dan praktisi film tentang film-film seorang sutradara. Ehm, mungkin buku ini gratisan, karena dia sedang terlibat proyek dengan anaknya Garin untuk membuat sebuah film. Ketika tangan saya, membuka lembar pertama, tertulis, Happy Valentine Dewi. 14.2.2011 tanda tangan Garin Nugroho. Hati saya membuncah, bahagia. Ternyata dia ada perhatian, dibalik sikapnya yang cuek. Setelah itu, dia memberi hadiah dompet gede (terbesar dan terpanjang dari yang pernah saya punya). Saya bilang dompetnya terlalu besar untuk seorang penggangguran.

Tetapi bukan suami saya namanya, kalau tidak bisa menjawab “Ya dompetnya dulu di gedein, nanti kan semangat cari duitnya”.

Setelah hari Valentine berlalu dia juga masih bersemangat menemani saya makan Babi Guling, sementara dia tetap vegetarian. Saya makan dan dia menemani anak-anak bermain. Tidak ada yang lebih membahagiakan. Keesokan malam setelah itu, dia membawa pulang dua bungkus roti canai. Dia tahu saya menggilai roti canai 7 tahun yang lalu.
 
Saya suka hubungan yang sederhana ini, saya suka perhatian-perhatian kecil ini yang membuat saya berarti. That’s so sweet I am so happy, thank you my valentine.

Jumat, 18 Februari 2011

Resensi Novel : The White Tiger karya Aravind Adiga


Ini pertama kali saya membuat resensi. Sebelumnya dan sampai sekarang, saya senang membaca resensi buku dan film di majalah dan surat kabar. Saya paling senang membaca resensi film, karena pendek, dan lugas menggambarkan cerita film sehingga merangsang niat untuk menontonnya. Untuk resensi buku, hanya beberapa yang saya baca sampai habis. Selain kalimat dan pilihan katanya kadang-kadang jalan diatas ketinggian daya tangkap saya, sering kali penulis resensi membuat resensi sesuatu dengan alur pikirannya dan menambahkan teori ini dan itu, seolah-olah dia membuat buku, bukan mengulasnya. Ah.. sekarang saya juga ketularan, lebih banyak bercerita pemikiran saya daripada bukunya sendiri. Padahal saya sendiri juga tidak bisa membuat resensi.

Baiklah, kali ini saya baru saja membaca buku The White Tiger, sebuah novel karya pertama dari seorang wartawan India yaitu Aravind Adiga. Karya pertama penulis yang berusia 37 tahun ini memenangkan “winner of the Man Booker Prize”.  Menurut saya menulis adalah curhatan hati dengan pengalaman-pengalaman hidup. Adiga menggambarkan dengan sangat pas karakter tokoh dari kelas yang berbeda. Dalam bayangan saya, sungguh sulit untuk mendapatkan mood atau nuansa kegetiran hidup bergumul dengan kemiskinan ketika anda kaya. Namun berbeda dengan Adiga, dia paham betul kebiasaan orang miskin, gaya berpikir negative, meskipun saya pikir Adiga terlahir dari keluarga kelas menengah yang dibesarkan di Australia.

India memang menjadi salah satu negara dengan pertumbuhan ekonomi yang kuat di Asia dengan demokrasi yang berjalan dengan baik. Namun dalam novel ini, Adiga menyajikan fakta-fakta lain bagaimana melihat India dari kacamata masyarakatnya sendiri. Dengan gaya penulisan “curhat” kepada perdana menteri Wei Jianbao, memberi nuansa politis ketika dikaitkan dengan posisi kekuatan India dan China di Asia, dan posisi India dalam konflik di Tibet.

Tokoh utama Balram menggambarkan sungai Gangga yang menarik bagi turis dan para yogi sebagai tempat suci, justru adalah tempat yang paling jorok dengan kotoran manusia, jerami, potongan mayat manusia, bangkai kerbau dan limbah lainnya. dia berjanji tidak akan ke sungai itu ketika melihat cairan tubuh ibunya mengalir kesungai setelah di kremasi.

Pengalamannya menjadi wartawan membuat dia memahami pengapnya hidup di India yang diibaratkan sebagai Kadang Ayam. Ayam-ayam yang ada disana menunggu untuk disembelih, mereka tidak bisa lari atau melarikan diri karena terikat, keluarga dan lain-lain. Sama seperti patung mikael Angelo, seorang budak dengan kepala tertunduk padahal hanya jarinya yang terikat. Bagaimana para kelas bawah dan kelas menengah di India diibaratkan juga sebagai orang setengah matang. Bisa membaca dan menulis, tetapi tidak memahami artinya.

Kehidupan para kelas atas juga digambarkan tidak lebih baik dari mereka yang hidup dari daerah kegelapan. Mereka menghasilkan uang yang tidak halal dari pertambangan dan lainnya yang juga digunakan untuk menyogok para politisi agar mereka bisa menjadi politisi juga atau terbebas dari pajak. Inilah yang kemudian menjadi pertentangan bathin tokoh Mr. Ashok, majikan Balram yang baru pulang dari New York dengan pola pikir demokrasi barat berhadapan dengan system demokrasi primordial di India.

Selain menggugat pemerintah, Adiga juga menggambarkan bagaimana hubungan kelas buruh dan majikan yang masih sangat tradisional di tengah ke’modern’an India. Apartment di India juga menyediakan ruangan-ruangan ‘tidak resmi’ dibawah tanah sebagai tempat tinggal supir menunggu panggilan tugas dari majikannya. Namun ironinya, ketika Mr. Ashok memperlakukan Balram dengan sangat manusiawi, tetapi mereggang nyawa ditangan Balram.

Rabu, 16 Februari 2011

Mozaik cerita tentang Hosni Mubarak


Terlepas dari kekisruhan politik yang melanda Mesir untuk menuntut perubahan suksesi kepemimpinan dalam kursi eskekutif dan telah mengorbankan ratusan nyawa, ada hal menarik yang ingin saya tulis mengenai kehidupan presiden Hosni Mubarak. Bagaimana seseorang bisa memimpin sebegitu banyak orang dalam periode yang cukup lama. Saya yang memimpin dua orang anak balita aja susahnya minta ampun. Namun ironinya, dia sekarang menjadi orang yang paling dibenci di Mesir. Jadi saya mengumpulkan informasi-informasi dibawah ini dari berbagai artikel yang saya temui di internet.

Kerusuhan di Mesir yang menghiasi halaman utama surat kabar di awal tahun ini, mengungkapkan rahasia lain tentang mantan presiden Hosni Mubarak. Terlahir dengan nama Muhammad Hosni Sayyid Mubarak pada tanggal 4 Mei 1928. Di usianya yang ke 83 tahun dia memutuskan untuk mengundurkan diri menjadi presiden setelah berkuasa dari tahun 1981 – 2011. Hosni Mubarak menjadi presiden setelah presiden Mesir sebelumnya yaitu Anwar Sadaat dibunuh oleh sel jihad dalam militer yang dipimpin oleh Letnan Khalid Islambouli pada bulan October 1981. Sebelumnya dia menjabat sebagai wakil presiden.

Sebelum berkarier dibidang politik, Hosni Mubarak memulai kariernya di Angkatan Udara Mesir, menjadi komandan dari tahun 1972 – 1975 dan naik pangkat menjadi marsekal angkatan udara. Seiring dengan pengangkatannya menjadi presiden, Mubarak juga menjabat sebagai ketua partai Nasional Demokratik.

Sejak berkuasa tahun 1981, Mubarak dapat membuat negara-negara afrika utara menjadi stabil. Rahasianya, dia dapat membina hubungan baik dengan negara-negara barat dan Israel. Sejak berkuasa tahun 1981, Mubarak dapat membuat negara-negara afrika utara menjadi stabil. Rahasianya, dia dapat membina hubungan baik dengan negara-negara barat dan Israel.Menurut Koran Anak Indonesia, Mubarak selama menguasai rezim pemerintahan Mesir selama 30 tahun sebenarnya melakukan tiga fungsi utama. Fungsi utama pemerintahannya sebenarnya adalah untuk mensejahterakan rakyat Mesir, Fungsi kedua adalah membela kepentingan Amerika dalam menjaga dengan kuat perjanjian Camp David agar tidak menyerang Israel. Sementara itu fungsi ketiga adalah menjaga kepentingan Amerika di Timur Tengah. Tetapi justru kesuksesannya membela Amerika dan Israel ini juga menumbuhkan sikap antipati yang sudah terpendam lama oleh rakyatnya.

Tulisan dalam Koran ini juga mengatakan peranan Amerika dalam mengendalikan Mesir sangat luar biasa besar. Hal ini dilakukan karena mesir adalah negara yang paling strategis yang dapat mengamanklan kepentingan Amerika di Timur tengah termasuk dalam dukungan kepentingan Isreal di Timur Tengah. Selama bertahun-tahun Mesir menjadi penerima bantuan terbesar kedua setelah Israel dari dana bantuan asing AS — 1,3 milyar dolar AS selama 30 tahun. Di samping peralatan militer, bantuan tersebut Amerika telah membangun hubungan sangat kuat antara militer AS dan Mesir. Bantuan AS ke Mesir sebagai “investasi yang akan dibayar dalam waktu lama.

Spekulasi transisi kepemimpinan Mesir setelah Mubarak menjadi topik pembicaraan yang menarik bagi para pengamat Timur Tengah. Meskipun dalam pidato pengunduran dirinya, Mubarak menyerahkan pemerintahan sementara di tangan militer, namun ada kemungkinan juga kepemimpinan Mesir akan diambil alih oleh Ikhwanul Muslimin.  Mereka datang dari kampus Al Azhar dan cendekiawan yang mendukung demokrasi, tak terpengaruh tekanan militer dan membuka kerjasama dengan eropa. Bahkan ke Rusia dan Cina untuk membangun ekonomi. Sehingga tidak selamanya bergantung pada Amerika

Selain suksesi kepemimpinan, fakta yang menarik dari Mubarak adalah jumlah kekayaannya yang fantastis.  Ini mendorong media melakukan investigasi tentang jumlah kekayaannya. Menurut New York Post, Hosni diperkirakan mempunyai kekayaan sekitar USD 70 Milyar. Mubarak menyimpan kekayaannya di sejumlah bank di Swiss, Amerika Serikat dan Inggris. Dia juga memiliki beberapa rumah megah seperti istana di Inggris, Los Angeles, Washington dan New York. Jika benar daftar kekayaan ini, mungkin Hosni menjadi orang terkaya di dunia melebihi pengusaha meksiko Carlos Slim Helo (USD 53,5 Milyar) dan pendiri Microsot yang juga orang paling kaya di Amerika Serikat (USD 53) berdasarkan urutan orang kaya versi Forbes.

Pada tanggal 12 Februari 2011, pemerintah swiss mengumumkan pembekuan rekening bank Mubarak dan keluarganya. Namun pemerintah Swiss enggan memberikan informasi lebih tentang jumlah uang dalam rekening tersebut.

Sebelum kerusuhan melanda Mesir pada awal tahun 2011 ini, berdasarkan informasi dari Wikipedia, pada musim panas 2010, media telah berspekulasi “Mesir di puncak perubahan yang dramatis”, karena diyakini Mubarak kena kanker. Menurut sumber inteligen di terkena kanker perut, atau pancreas, namun informasi ini dibantah oleh pemerintah mesir. Spekulasi tentang kesehatannya memicu pengunduran dirinya pada tanggal 11 Februari 2011. Menurut media mesir, kondisi Mubarak memburuk setelah dia mengasingkan diri di villanya yang bagus Sharm el-Sheikh. Mubarak dilaporkan depresi, menolak minum obat, dan kehilangan kesadaran. Menurut sebuah sumber, pejabat keamanan mesir yang tidak mau disebut namanya, “Mubarak ingin sendirian dan meninggal di negaranya”. Sumber ini juga membantah bahwa Mubarak menulis buku biografinya, dan mengatakan bahwa Mubarak hampir tidak sadar. Setelah pengunduran dirinya tanggal 11 Februari 2011, mantan duta besar mesir untuk AS Samen Shoukry mengatakan pada sumber pribadinya bahwa Mubarak “sedang dalam keadaan tidak sehat”. Sementara beberapa surat kabar mesir dan arab Saudi melaporkan bahwa Mubarak sedang dekat kematian dan dalam koma.

Masa pemerintahan Mubarak melahirkan banyak orang miskin di Mesir, pengangguran dan korupsi marak, namun ditengah-tengah masa itu juga Mubarak dianugerahi Jawaharlal Nehru Award  pada tahun 1995. Jawaharlal Nehru award adalah penghargaan internasional dipersembahkan oleh Pemerintah India. Didirikan tahun 1965 untuk orang-orang “yang mempunyai sumbangan besar untuk mempromosikan pemahaman internasional, kemauan baik dan persahabatan untuk semua orang di dunia”.  Memang di dunia selalu ada dua kutub berbeda, ini juga terdapat dalam sifat manusia. Tidak ada manusia yang ekstrem jahat dan ekstrem baik. Ah dunia, sungguh berwarna.

Selasa, 15 Februari 2011

MSG dalam Makanan


Makanan adalah kehidupan saya, saya hidup untuk makan. Kebiasaan keluarga besar saya adalah makan. Kebahagiaan kakek saya terbesar adalah melihat anak cucunya kumpul dan makan bersama-sama. Kakek saya adalah orang yang dianugerahi tangan yang selalu membuat makanan enak. Kalau makanan termasuk menjadi unsur-unsur kebudayaan, maka makan di keluarga saya adalah puncak kebudayaannya. Haha.

Namun sekarang ini saya sedang tidak berminat menulis tentang makanan enak. Saya ingin mengeluhkan betapa sekarang ini orang gampang membuat makanan enak dengan bumbu ajaib. Dan membuat orang lain mendapat akibat buruk dari tindakan mereka. Mulai dari bahan baku yang terkontaminasi pestisida, formalin, borak dan lainnya sampai pada cara memasaknya yang memakai bumbu penyedap seperti MSG (MonoSodium Glutamate). Dengan tambahan bumbu penyedap ini, orang yang tidak pandai (karena memasak bukan cuma bakat tetapi juga akses informasi dan latihan serta cukup bahan baku) memasakpun bisa menghasilkan masakan yang sangat enak menyaingi koki restaurant nomor satu. Seperti kata suami saya, kalau ditambahkan penyedap rasa, sandalpun terasa enak. Ha!

Lupakan sejenak tentang pestisida, formalin, borak dan lainnya yang ada dalam bahan baku masakan. Sebagai konsumen kita, bukan pengambil keputusan apakah kita akan memasukkan bahan ini kedalam masakan kita. Keputusan ada ditangan petani, peternak, pedagang, dan aktor lain dalam mata rantai sehingga barang itu sampai di kita, konsumen. Seperti orang yang dihukum mati, dengan tembakan. Hanya menunggu dan menerima. Sebagai konsumen, kita hanya bisa berharap bahwa entah mereka para aktor ini yang menyisakan sedikit nurani untuk tidak memasukan formalin (bahan pengawet mayat) kedalam ayam, atau berharap bahwa pemerintah melakukan operasi pasar lebih sering untuk menjerat pelaku nakal dan melakukan efek jera.

Saya ingin menyinggung tentang MSG. Ibarat media didalam teori komunikasi massa, MSG seperti peluru yang membombardir konsumen setiap harinya. Mulai dari iklan yang mendominasi di saluran televisi. Media audio visual yang paling banyak dilihat orang dari baru bangun sampai tidur, ini hanya berdasarkan pengamatan pribadi. Saya mengingat ada beberapa iklan produk penguat rasa masakan di televisi, misalnya Aji no Moto, Sasa, Mi won, Masako, dan lainnya. Serta varian MSG yang bermetamorfosis menjadi varian kecap, kaldu blok, bumbu-bumbu instant, tepung-tepung instant dan lainnya. Jumlahnya puluhan varian.  Saya membayangkan pengusaha produsen MSG ini hanya ongkang-ongkang kaki saja, produknya sudah laris manis di pasaran. Dan membayangkan anggaran belanja untuk iklan saja sudah mencapai milyaran, lihat saja iklannya yang bisa muncul setiap jam.

Serbuan MSG tidak hanya berhenti di dapur kita saja, MSG secara diam-diam ada didalam snack makanan ringan yang biasa dikonsumsi anak di sekolah, warung-warung disekitar rumah dan lainnya. MSG juga sering dimasukan kedalam makanan yang dijual di warung, rumah makan, atau restauran di pusat-pusat perbelanjaan. Bila saja ada satu hari, Nyepi untuk MSG, pasti kita tahu berapa beratnya kerja tubuh untuk mengurai bahan tambahan ini. MSG sedikit demi sedikit, setiap hari, menumpuk dan menggerogoti tubuh kita.
Dari informasi yang saya dapatkan dari Wikipedia, Mononatrium glutamat (juga disebut monosodium glutamat; disingkat MSG) adalah garam natrium dari asam glutamat . Funsginya adalah sebagai penyedap rasa. Satu ion hidrogen (dari gugus —OH yang berikatan dengan atom C-alfa) digantikan oleh ion natrium. Penemunya adalah Dr. Ikeda. Beliau prihatin terhadap kondisi fisik rakyat Jepang di kala itu. Sewaktu belajar ilmu Kimia modern di Jerman, dia membandingkan tubuh orang Jerman yang lebih tinggi dari pada orang Jepang. Dia juga mengamati makanan Jerman dan merasakan kesamaan cita rasa unik pada makanan Jerman yang juga ada pada makanan Jepang.

Setelah kembali ke Jepang, Dr. Ikeda memusatkan penelitiannya pada bumbu tradisionil Jepang, yaitu kaldu yang terbuat dari rumput laut (Kombu). Dia berhasil mengisolasi sumber rasa unik tersebut, yaitu asam Glutamat. Rasa ini kemudian diperkenalkannya dalam bahasa Jepang sebagai rasa “Umami”.
Penemuan Glutamat sebagai sumber rasa “Umami” mengukuhkan ambisi Ikeda untuk memperbaiki kondisi fisik bangsanya, yaitu melalui bumbu masak yang menambah citarasa dan kelezatan makanan Jepang. Dr. Ikeda mendapatkan paten atas metode produksi MSG. Namun, asam Glutamat murni yang dihasilkannya tidak menarik secara komersial karena sifat fisik dan kimianya. Hingga akhirnya Dr. Ikeda berhasil mensenyawakan glutamate dengan sodium menjadi Monosodium Glutamat (MSG). Dengan membagi hak patennya dengan seorang pemilik pabrik Iodine, Saburousuke Suzuki, Dr Ikeda kemudian berhasil mewujudkan hasratnya memproduksi dan memasarkan MSG secara massal.

Demikianlah, AJI-NO-MOTO (MSG) mulai dipasarkan di Jepang pada tahun 1909. Pada waktu itu MSG diproduksi melalui proses ekstraksi gluten hingga tahun 1960-an. Proses produksi ini tidak dapat memenuhi permintaan yang meningkat dengan cepat dari pasar Jepang dan dunia. Inovasi teknologi fermentasi pada tahun 1956 kemudian membantu usaha meningkatkan produksi MSG yang terus diterapkan hingga sekarang. MSG sekarang umumnya diproduksi dengan menggunakan bahan baku yang kaya glukosa seperti tetes tebu, singkong, jagung, gandum, sagu dan beras.

Meski masih ada pendapat pro dan kontra mengenai apakah MSG menjadi pemicu munculnya penyakit didalam tubuh, masih kuat perdebatan antara ilmuwan pendukung perusahaan dan ilmuwan pendukung konsumen. Tetapi sebagai konsumen saya berpendapat bahwa mengkonsumsi MSG dalam kasus tubuh saya, dalam takaran tertentu akan membuat mulut saya kering, tenggorokan panas dan perih, dan asam lambung  rasanya meningkat. Tidak lama setelah itu saya terserang radang tenggorokan. Saya ingat persis, system bekerjanya dalam tubuh saya, awalnya tenggorokan perih, kemudian demam, pilek, batuk , ke dokter, minum obat, baru sembuh.

Tentu saja bukan karena saya terkena radang tenggorokan kasus MSG ini ramai diberitakan. Kasus MSG mencuat ketika pada tahun 1969, ketika seorang dokter di Amerika Serikat makan di sebuah restaurant masakan China, sekitar 20 menit kemudian dia merasa mual, pusing dan kemudian muntah-muntah. Kumpulan gejala inilah yang kemudian dikenal dengan nama Chinese food syndrome karena masakan China di sana mengandung banyak MSG. Badan Pengawas Obat dan Makanan di Amerika Serikat kemudian mengumumkan batas aman untuk konsumsi harian MSG adalah 2 gr. Biasanya ukuran aman itu, dihitung berdasarkan berat badan seseorang.


Korban yang paling saya takutkan adalah anak-anak. Berdasarkan literature yang saya dapatkan dari internet, berdasarkan penelitian PIRAC menyebutkan tiga makanan ringan ternama yaitu Cheetos, Chitato dan Twistko, ternyata mengandung MSG lebih dari 1,02% per 100 gram. Bisakah anda membayangkan bila seorang anak memakan lebih dari satu bungkus setiap harinya? Dan bayangkan pola kesehatan tubuh anak bila dia mengkonsumsinya berulang-ulang?

Anak itu bisa jadi anak anda, anak saya, anak-anak dari sanak keluarga kita. Dan bayangkan betapa akumulasi harian MSG yang masuk ke tubuh anak, apabila makanan yang tersaji dirumah juga ditambahkan dengan MSG? Tidak seperti bahan tambahan lain yang tidak bisa kita control, penggunaan MSG ada ditangan kita, setidaknya penggunaannya didapur kita. Saya sama juga halnya seperti anda, para ibu-ibu, tentu ingin memberikan hal yang terbaik untuk anak.

Kakek dan nenek saya adalah orang yang tidak pernah memasak memakai bumbu penyedap. Mereka mengatakan coba belajar untuk memadu padankan bumbu yang ada, rasanya akan lebih pas. Kalau misalnya mereka mencicipi masakan saya dan mereka pasti tahu yang mana menggunakan bumbu tambahan atau tidak. Rasanya seret ditenggorokan, begitu kata mereka.  Saya selalu menggemari “Be Balung” yang dibuat kakek nenek saya. Memang benar cinta itu datangnya dari perut.