Jumat, 25 Februari 2011

My Valentine


Hari apa yang bisa dirayakan semua umat di Indonesia selain tahun baru? Hari Valentine! Jawabannya. Apa yang menarik dengan hari Valentine?. Waktu menjelang peringatan meninggalnya Santa Valentinus itu, beberapa teman status di facebook terbaca sedang sibuk memikirkan menyiapkan kado apa untuk yang tercinta. Beberapa toko-toko kecil di Sukawati, mempercantik diri dengan hiasan kartu-kartu valentine dan deretan coklat berbagai merek dengan nuansa ruangan yang sangat pinky (berwarna merah jambu).  Dan saya yakin banyak industri yang memanfaatkan momentum Valentine untuk berjualan. Hanya satu momentum: kasih sayang yang bisa dirayakan semua umat.

Selain anak muda, greget perayaan Valentine pun menjalar sampai ke pasangan muda yang sudah menikah. Karena dimasa mudanya merekapun generasi valentine. Generasi pasangan muda yang berumur 30 tahunan. Generasi saya.

Ritual Valentinepun sempat memacetkan kota Denpasar, anak-anak muda dan pasangan keluarga muda tumpah ruah menjejali jalanan di seputar Denpasar. Ada yang sekedar jalan-jalan saja, makan-makan, nonton film, belanja ke toko swalayan, ke pantai dan lain-lainnya. ke pantai? Malam-malam? Memang pantai menjadi alternative tempat melewatkan malam Valentine yang murah meriah dengan penerangan minim. Bahaya. Kalau anda ingin jahil, coba saja survey dari pantai Matahari Terbit, Pantai Sanur, Pantai Segara, Pantai Sindhu, Pantai Karang, sampai ke Pantai Mertasari  pasti anda banyak menjumpai pasangan yang usianya belasan sampai awal dua puluhan.

Saya menanyakan sepupu saya, Vita (18 tahun) kemana dia merayakan Valentine bersama pacarnya Wayan (18 tahun) saya menjumpai jawaban yang mengejutkan, Uluwatu. Tempat itu jaraknya hampir 65 km dari rumahnya. Lain lagi dengan sepupu saya yang lain Dewin (18 tahun), dia merayakan Valentine bersama teman-teman laki-lakinya dengan berkendara mobil barunya keliling Denpasar. Adiknya Dewin, Dek Risa (15 tahun) merayakan Valentine dengan pacarnya (saya lupa namanya, usianya mungkin beda 2 tahun) di seputaran Renon. Keriuhan sepupu-sepupu saya merayakan Valentine mengingatkan kembali  ketika saya berusia belasan.

Seingat saya, saya pernah merayakan valentine. Itu ketika saya masih menjadi siswa SMP pada pertengahan tahun 1990-an. Bersama beberapa teman perempuan, kami berencana membawa kado. Kado itu kemudian ditukar acak diantara kami. Selain itu, saya dan beberapa teman saya membawa kado untuk diberikan ke “pacar” (karena sebenarnya hanya naksir saja belum jadian) kami masing-masing. Waktu itu saya memberi  kado kepada seseorang bernama Beno Krisnatama. Saya lupa isi kadonya. Saya juga tidak tahu dia sekarang dimana. Saat itu lagu pengiring hati saya adalah my valentine. Saya lupa siapa yang menyanyikan.

Waktu berganti sampai saya melabuhkan hati pada suami saya (mudah-mudahan juga dia melabuhkan hatinya pada saya) belum lagi saya merayakan Valentine. Kami begitu tidak menyadari rutinitas keseharian kami menjadi orang tua sehingga mengesampingkan hari jadian, hari pernikahan, Valentine dan lain sebagainya. Kami tidak termasuk orang yang menandai hari-hari untuk merayakan lagi keistimewaan hari-hari penanda itu. Tanya suami saya, tanggal berapa dia “menembak” saya untuk jadi pacarnya? Jawabannya pasti tidak tepat!. Kayaknya bulan Oktober ya? Begitu jawabnya.

Ketika dia pulang, Februari ini dia memberikan saya sebuah buku Garin tentang tulisan beberapa tokoh sinema dan praktisi film tentang film-film seorang sutradara. Ehm, mungkin buku ini gratisan, karena dia sedang terlibat proyek dengan anaknya Garin untuk membuat sebuah film. Ketika tangan saya, membuka lembar pertama, tertulis, Happy Valentine Dewi. 14.2.2011 tanda tangan Garin Nugroho. Hati saya membuncah, bahagia. Ternyata dia ada perhatian, dibalik sikapnya yang cuek. Setelah itu, dia memberi hadiah dompet gede (terbesar dan terpanjang dari yang pernah saya punya). Saya bilang dompetnya terlalu besar untuk seorang penggangguran.

Tetapi bukan suami saya namanya, kalau tidak bisa menjawab “Ya dompetnya dulu di gedein, nanti kan semangat cari duitnya”.

Setelah hari Valentine berlalu dia juga masih bersemangat menemani saya makan Babi Guling, sementara dia tetap vegetarian. Saya makan dan dia menemani anak-anak bermain. Tidak ada yang lebih membahagiakan. Keesokan malam setelah itu, dia membawa pulang dua bungkus roti canai. Dia tahu saya menggilai roti canai 7 tahun yang lalu.
 
Saya suka hubungan yang sederhana ini, saya suka perhatian-perhatian kecil ini yang membuat saya berarti. That’s so sweet I am so happy, thank you my valentine.

0 Komentar:

Posting Komentar

Berlangganan Posting Komentar [Atom]

<< Beranda