Sabtu, 04 Juni 2011

Oleh-oleh: Film Khuda Kay Liye dari Pakistan

Seorang teman, Hassan Mirbahar dari Pakistan membawakan saya oleh-oleh dua buah film Pakistan, Ramchand Pakistan dan Khuda Kay Liye (in the Name of God). Dia datang lagi untuk menghadiri sebuah workshop di Bali. Sebelum datang dia sempat menawarkan apa yang saya inginkan dari Pakistan. Saya bilang Film Pakistan. Hassan menjanjikan dia akan membawa film yang bermutu dari negaranya.
Akhir bulan ini, saya baru menonton Khuda Kay Liye bersama suami disuatu malam. Khuda Kay Liye adalah film drama berbahasa Urdu Pakistan diproduksi  pada tahun 2007 (syukur, ada subtitle Inggris). Durasi film agak lama, 167 menit. Film ini mengambil setting di Inggris, Chicago (US) dan Pakistan (tetapi didalam film Mary, juga digambarkan dilarikan oleh Sarmad ke Afghanistan untuk dinikahkan paksa). Berdasarkan informasi dari Wikipedia, film ini umumnya diterima dengan respon positif, namun ada juga kritik dari Muslim konservatif yang menuntut agar film ini dilarang peredarannya di Pakistan.
Saya tidak pandai meresensi, jadi saya menerjemahkan resensi film ini yang dibuat oleh Wikipedia. Film ini menceritakan tentang tiga orang dari benua yang berbeda menghadapi masalah yang berkait dengan penerjemahan terhadap ajaran Islam.
Dua orang bersaudara, sama-sama penyanyi, Mansoor dan Sarmad adalah dua orang penyanyi terkenal di Lahore. Sarmad berubah menjadi seorang aktivis Islam. Dia mulai mempraktekkan penafsiran ajaran Islam yang ekstrem, menumbuhkan jenggot dan menjauhi music, dimana kelakukannya membuat gerah keluarganya yang berpandangan bebas. Orang-orang ini menafsirkan versi tertentu dari Al Quran dan Hadith untuk melarang musik dan gambar (lukisan).
Di Inggris, seorang gadis bernama Mary/Mariam adalah sosok gadis barat yang jatuh cinta dengan laki-laki bernama Dave, bule Inggris. Bapaknya yang hiprokit tidak setuju, tetapi faktanya bapaknya juga tinggal serumah dengan seorang wanita Inggris yang tidak dinikahinya. Bapaknya memberitahu Mary bahwa mereka akan pergi ke Pakistan dan setelah kembali dia bisa menikah dengan Dave. Namun taktik ini adalah tipuan. Selama perjalanan dengan sekelompok Islam ekstremis (FATA), Mary dipaksa bapaknya menikah dengan Sarmad, sepupunya. Mary kemudian ditinggalkan bapaknya di rumah salah satu kelompok FATA sebagai rumah barunya.
Sementara itu, Mansoor pergi ke Chicago bersekolah music. Disana, dia bertemu dengan seorang gadis, Janie dan kemudian jatuh cinta padanya. Janie berhenti minum alkohol demi cintanya pada Mansoor dan akhirnya mereka menikah. Setelah kejadian 9/11 (sejumlah bom meledak di Amerika), petugas FBI menangkapnya ketika berdasarkan informasi dari tetangganya yang mendengar ada orang mabuk yang menuduh Mansoor adalah teroris. Akhirnya, dia disiksa selama setahun dipenjara hanya karena dia orang Islam.
Sementara itu, Mary merencanakan untuk melarikan diri, namun ditangkap oleh Sarmad ketika dia melarikan diri. Dia dikurung dengan penjagaan yang ketat dan akhirnya Sarmad menidurinya. Namun dia tidak kehilangan harapan, (setelah melahirkan anak) dia mengirim surat kepada Dave yang dia bilang ke penjaganya adalah surat untuk ayahnya. Keluarga Sarmad akhirnya datang untuk menyelamatkannya (setelah intervensi kedutaan Inggris berdasarkan pengaduan dari Dave, Mary adalah orang Inggris) dibawah perlindungan pemerintah Inggris. Tapi Mary, sudah terlanjur dendam, dia kemudian mengajukan bapak dan saudara sepupunya, Sarmad ke pengadilan di Pakistan. Disana, seorang Maulana yaitu Maulana Wali menjelaskan dengan bijak didalam pengadilan bagaimana Islam telah dicincang atas nama perang dan kebencian, dan menjelaskan bahwa islam seharusnya ditafsirkan sebagai agama yang damai.
Karena trauma dengan penderitaan yang dia lihat dan alami (selama bersama FATA), Sarmad menarik kasusnya. Dia sadar bahwa kerusakan yang dia buat atas nama agama. Mary sekarang bebas, tapi memutuskan kembali ke desa tempat dia disekap dulu, dan mengajari para gadis disana baca tulis.
Sementara itu, Mansoor masih di penjara Amerika Serikat setelah setahun disiksa, pada akhir sesi penyiksaan dia mengalami kerusakan otak permanen. Setelah usaha rehabilitasinya gagal, dia dideportasi dan bersatu dengan keluarganya di Pakistan, berkat cinta dari keluarganya, dia berangsur mulai pulih.
Begitu ringkasan cerita dari Wikipedia, tapi saya masih belum puas menceritakannya. Sebenarnya ada banyak pertentangan dalam diri Sarmad. Ada dualitas yang selalu berperang dalam dirinya. Dia menikahi Mary sebenarnya karena pamannya yang meminta dia menikahi anaknya agar anaknya tidak menikah dengan orang beragama lain. Ketika dia menanyakan itu kepada gurunya Maulana Tahiri, gurunya mendukung dan mengatakan bahwa dia adalah pahlawan karena mencegah seorang gadis untuk berbuat Murtad.
Setelah menikahpun Sarmad tidak mau meniduri Mary, dia mengatakan: “Kamu tahu, bukan kesenangan untukku menikahimu. Jadi aku tidak mau menidurimu, sampai kamu menginginkannya”. Namun karena aksi Mary yang melarikan diri, Sarmad dinasehati teman FATAnya bahwa cara perempuan tidak melarikan diri adalah memberinya seorang anak.
Dan didalam pengadilan, sebenarnya Maulana Wali, seorang guru spiritual yang bijak tidak mau datang ke pengadilan. Mary mendatanginya. Maulana Wali sedang mau sembahyang. Dia mengatakan alasannya tidak mau datang ke pengadilan: “buat apa, itu hanya buang-buang waktu dan energy berdebat dengan orang-orang itu”. Mary berkata: “oo.. begitu ya, jadi menurutmu sembahyang di kamar memang lebih nyaman daripada membela seorang perempuan yang tersakiti ya.. kamu tidak tahu rasanya.”
Akhirnya Maulana Wali datang di pengadilan. Dan mengupas satu persatu penafsiran Islam, dimana salah satunya yang dipertentangkan Sarmad yaitu larangan terhadap music dan memelihara jenggot.
“kamu tahu ada berapa orang suci yang dikirim Allah ke dunia?” Pengacara menjawab “124.000 orang” Maulana Wali kembali berkata: “dan diantara 124.000 orang ada berapa orang yang diberi kesaktian oleh Allah, Muhammad diberikan kemampuan menulis Al Quran, Musa diberikan kekuatan membelah lautan, Isa diberikan kekuatan menghidupkan kembali orang yang mati, sementara Daud? Apa kekuatannya? Kekuatannya adalah Nyanyian. Ketika dia menanyi, burung-burung menari ke arahnya, bukit-bukit terasa ikut menari riang. Nah, dari situ, apa menurutmu Allah melarang orang bermusik?”.
Tentang memelihara jenggot dan berpakaian. Maulana Wali berkata “Islam itu harus dilihat dimana dia tumbuh, apakah orang Islam di kutub dengan cuaca dingin harus memakai pakaian seperti kita yang hidup dicuaca panas? (dengan celana diatas mata kaki). “ dan tentang jenggot, Maulana Wali berkata “orang yang menumbuhkan jenggot adalah dengan menunjukkan rasa cintanya kepada orang yang dicintai. Ketika orang mencinta, dia akan meniru tokoh yang dikaguminya itu, dari pemikirannya, dari gaya berpakaian dan gayanya memelihara jenggot.”
Maulana Wali ini diperankan dengan apik oleh seorang aktor Islam yaitu Naseeruddin Shah yang juga terkenal didalam film-film India.
Saya sangat mengagumi film ini, selain dari sisi Cinematografi yang bagus (terlihat kualitas pelaku perfilman Pakistan yang cerdas), disini diceritakan bagaimana orang-orang menafsirkan Islam dari kacamata yang berbeda. Saya menyadari bahwa isu yang dikemas dalam film ini tidak akan sepenuhnya diterima oleh pihak yang berbeda pandangan mengenai Islam. Dan menurut saya pribadi, sebagai non muslim film ini dapat menambah pemahaman saya mengenai Islam, dan saya sangat menghargainya.

0 Komentar:

Posting Komentar

Berlangganan Posting Komentar [Atom]

<< Beranda